PENGEMBANGAN
ORGANISASI DAN MANAJEMEN KONFLIK
13.1. Pengertian dan Tujuan Pengembangan
Organisasi
Pengembangan
Organisasi merupakan program yang berusaha meningkatkan efektivitas
keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan individu akan pertumbuhan dan
perkembangan dengan tujuan keorganisasian.
Ada
beberapa pengertian mengenai Pengambangan Organisasi, yaitu:
a. Pengembangan
Organisasi merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian perencanaan
perubahan yang sistematis yang dilakukan secara terus-menerus oleh suatu
organisasi.
b. Pengembangan
Organisasi merupakan suatu pendekatan situasional atau kontingensi untuk
meningkatkan efektifitas organisasi.
c. Pengembangan
Organisasi lebih menekankan pada sistem sebagai sasaran perubahan.
d. Pengembangan
Organisasi meliputi perubahan yang sengaja direncanakan.
Pengembangan
organisasi mengukur prestasi suatu organisasi dari segi efisiensi, efektifitas
dan kesehatan :
a. Efisien
dapat diukur dengan perbandingan antara masukan dan keluaran, yang mengacu pada
konsep Minimaks (Masukan minimum dan keluaran maksimum).
b. Efektifitas
adalah suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya artinya
kesejahteraan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
c. Kesehatan
organisasi adalah suatu fungsi dari sifat dan mutu hubungan antara para
individu dan organisasi yaitu hubungan yang dinamis dan adaptabilitas
Adapun yang menjadi
tujuan organisasi adalah :
a. Menciptakan
keterbukaan dalam berkomunikasi.
- Menciptakan keharmonisan hubungan kejra antara pimpinan
dengan staf anggota organisasi
- Menciptakan kemampuan memecahkan persoalan organisasi
secara lebih terbuka
- Merupakan semangat kerja para anggota organisasi dan
kemampuan mengendalikan diri
Faktor-faktor penyebab
terjadinya pengembangan organisasi :
a. Kekuatan
Eksternal
·
Kompetisi yang semakin tajam antar
organisasi
·
Perkembangan IPTEK
·
Perubahan lingkungan baik lingkungan
fisik maupun sosial yang membuat organisasi berfikir bagaimana mendapatkan
sumber diluar organisasi untuk masa depan organisasi.
b. Kekuatan
Internal
·
Struktur
·
Sistem dan Prosedur
·
Perlengkapan dan fasilitas
·
Proses dan sasaran
Sifat-sifat dasar
organisasi meliputi :
a. Pengembangan
Organisasi merupakan suatu strategi terencana dalam mewujudkan perubahan
organisasional, perubahan yang dimaksud harus mempunyai sasaran yang jelas dan
didasarkan pada suatu diagnosis yang tepat mengenai permasalahan yang dihadapi
oleh organisasi.
b. Pengembangan
Organisasi harus berupa kolaborasi antara berbagai pihak yang akan mengalami
dampak perubahan yang akan terjadi, keterlibatan dan partisipasi para anggota
organisasi harus mendapat perhatian.
c. Program
Pengembangan Organisasi menekankan cara-cara baru yang diperlukan guna
meningkatkan kinerja seluruh anggota organisasi.
d. Pengembangan
Organisasi mengandung nilai-nilai humanistik dalam arti bahwa dalam
meningkatkan efektifitas organisasi, potensi manusia harus menjadi bagian yang
penting.
e. Pengembangan
Organisasi menggunakan pendekatan kesisteman yang berarti selalu
memperhitungkan pentingnya inter relasi, interaksi dan inter dependensi.
f. Pengembangan
Organisasi menggunakan pendekatan ilmiah untuk mencapai efektifitas organisasi.
Beberapa alasan penting
pengembangan organisasi :
a. Perubahan
adalah pertanda kehidupan.
b. Perubahan
memberikan harapan.
c. Pengembangan
merupakan tanggapan atas perubahan.
d. Pengembangan
merupakan usaha untuk menyesuaikan dengan hal baru (perubahan).
Sejarah pengembangan
organisasi :
a. Pelatihan
Laboratorium
b. Umpan
balik survey
c. Riset
tindakan
d. Produktivitas
dan kualitas kehidupan kerja
e. Serta
perubahan strategik
Pertumbuhan yang berkelanjutan di dalam
sejumlah deversitas pendekatan PO , praktisi,
dan keterlibatan organisasi membuktikan sehatnya suatu disiplin dan menawarkan
suatu prospek yang menguntungkan di waktu mendatang.
Karakteristik
pengembangan organisasi :
a.
Keputusan penuh dengan pertimbangan.
b.
Diterapkan pada semua sub sistem manusia
baik individu, kelompok dan organisasi.
c. Menerima
intervensi baik dari luar maupun dalam organisasi yang mempunyai kedudukan di
luar mekanisme organisasi.
d. Kolaborasi
e. Teori
sebagai alat analisis.
Nilai-Nilai dalam
Pengembangan Organisasi
a. Penghargaan
akan orang lain.
b. Percaya
dan mendukung orang lain, sedangkan individu sendiri harus mempunyai tanggung
jawab.
c. Pengamanan
kekuasaan (mengurangi tekanan pada wewenang).
d. Konfrontasi
(masalah yang tidak disembunyikan).
e. Partisipasi
(melibatkan orang-orang yang mempunyai potensi dalam proses pengembangan
organisasi).
Proses pengembangan
organisasi :
a. Pengenalan
masalah
b. Diagnosis
Organisasional
c. Pengembangan
strategi perubahan
d. Intervensi
e.
Pengukuran dan Evaluasi
13.2.
Strategi Pengembangan Organisasi
Teknik pengembangan
oraganisasi pada hakekatnya adalah strategi interfensi yang dapat dipergunakan
untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh organisasi atau di
dalam melakukan perubahan-perubahan. Sampai sekarang cukup banyak teknik
pengembangan organisasi yang telah dikembangkan oleh para pakar. Di antara
teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut :
a. Latihan
Kepekaan (sensitivity taining); Merupakan teknik pengembangan yang pertama
diperkenalkan dan ayang dahulu paling sering digunakan. Teknik ini sering
disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang masing
masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok (terlatih) membimbing
peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap orang lain, serta
ketrampilan dalam hubunga antar-pribadi.
b. Kisi
Pengembangan Organisas; Pendekatan grip pada pengembangan organisasi di
dasarkan pada konsep managerial grip yang diperkenalkan oleh Robert Blake dan
Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka yang kurang
efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal, yang berorientasi maksimum pada
aspek manusia maupun aspek produksi.
c. Survai
Umpan Balik; Tiap peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk
mengukur persepsi serta sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja
dan gaya kepemimpinan mereka). Hasil surveini diumpan balikkan pada setiap
peserta, termasuk pada para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini
kemudian dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil
keseluruhan dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
d. Konsultasi
Proses; Dalam Process consultation, konsultan pengembangan organisasi mengamati
komunikasi, pola pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan, metode kerjasama,
dan pemecahan konflik dalam tiap unit organisasi. Konsultan kemudian memberikan
umpan balik pada semua pihak yang terlibat tentang proses yang telah
diamatinya, serta menganjurkan tindakan koreksi.
e. Pembentukan
Tim; Adalah pendekatan yang bertujuan memperdalam efektivitas serta kepuasaan
tiap individu dalam kelompok kerjanya atau tim. Teknik tim building sangat
membantu meningkatkan kerjasama dalam tim yang menangani proyek dan
organisasinya bersifat matriks.
f. Transcational
Analysis (TA); TA berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA
mengajarkan cara menyampaikan pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta
cara menjawab yang wajar dan menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi
kebiasaan komunikasi yang buruk dan menyesatkan.
g. Intergroup
Activities; Fokus dalam teknik intergroup activities adalah peningkatan
hubungan baik antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk
kesatuan organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup
activities dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang
mungkin timbul akibat saling ketergantungan tersebut.
h.
Third-party Peacemaking;Dalam menerapkan
teknik ini, konsultan pengembangan organisasi berperan sebagai pihak ketiga
yang memanfaatkan berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai teknik
negosiasi untuk memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan kelompok.
13.3.
Metode Pengolahan Konflik
Konflik adalah
perjuangan yang dilakukan secara sadar dan langsung antara individu dan atau kelompok
untuk tujuan yang sama. Mengalahkan saingan nampaknya merupakan cara yang
penting untuk mencapai tujuan. (Theodorson & Theodorson, 1979 : 71).
Menurut Kilmann &
Thomas (dalam Luthans, 1983 : 366) yang dimaksud dengan konflik adalah : “
Suatu kondisi ketidakcocokan obyektif antara nilai-nilai atau tujuan-tujuan,
seperti perilaku yang secara sengaja mengganggu upaya pencapaian tujuan, dan
secara emosional mengandung suasana permusuhan.
Adapun ada empat area
struktural dalam konflik keorganisasian yakni :
a.
Konflik Hierarkhi
Yakni
konflik antara beberapa jenjang dalam organisasi, dapat disebabkan karena
tumpang tindih kewenangan, atau rebutan pekerjaan.
b.
Konflik Fungsional
Yakni
konflik karena tumpang tindih atau rebutan fungsi, misalnya antara pejabat fungsional
dengan pejabat struktural yang menangani bidang yang sama.
c.
Konflik antara Lini dan Staf
Seringkali
disebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai kewenangan dan tanggung jawab
terhadap pekerjaan.
d.
Konflik Organisasi Formal dengan Informal.
Manajemen konflik
merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam
suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk
tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi
kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang
berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang
akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara
pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross (1993)
bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau
pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik
dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif,
bermufakat, atau agresif.
Manajemen konflik dapat
melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan
atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga.
Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada
pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka
mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
Minnery (1980:220) juga
berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan kota merupakan bagian
yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen
konflik perencanaan kota secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai
mencapai model yang representatif dan ideal.
Sama halnya dengan
proses manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa manajemen konflik
perencanaan kota meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap
keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi
karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka
dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan
untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan
atau pihak ketiga dalam mengelola konflik.
Keseluruhan proses
tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan kota dan melibatkan perencana
sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai partisipan atau pihak ketiga.
Beberapa teori-teori
konflik :
Teori-teori utama mengenai
sebab-sebab konflik, dan sasarannya antara lain :
a.
Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa
konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan
permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
Sasarannya meningkatkan
komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yang mengalami konflik, serta
mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman
yang ada didalamnya.
b.
Teori kebutuhan manusia
Menganggap
bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik,
mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi
inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan
otonomi.
Sasarannya
mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak
terpenuhi, serta menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.
c.
Teori negosiasi prinsip
Menganggap bahwa
konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan
pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
Sasarannya membantu
pihak yang berkonflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah
dan isu dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan
mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses
kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
d.
Teori identitas
Berasumsi bahwa konflik
disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya
sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
Sasarannya melalui
fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik,
sehingga dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di antara pihak tersebut
dan membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
e.
Teori kesalahpahaman antarbudaya
Berasumsi
bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di
antara berbagai budaya yang berbeda. Sasarannya menambah pengetahuan kepada
pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak lain, mengurangi streotip negatif
yang mereka miliki tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan komunikasi
antarbudaya.
f.
Teori transformasi konflik
Berasumsi bahwa konflik
disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul
sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi. Sasarannya mengubah struktur dan
kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan termasuk
kesenjangan ekonomi, meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang di
antar pihak yang berkonflik, mengembangkan proses dan sistem untuk
mempromosikan pemberdayaan, keadilan, perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi,
pengakuan.