BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang
harus ada dan relatif lebih penting bagi organisasi, karena hampir seluruh
kegiatan operasional organisasi dilakukan oleh manusia. Pencapaian tujuan
organisasi sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia. Untuk
mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, organisasi harus merancang
sistem pengadaan karyawan yang tepat, salah satunya adalah dengan mengadakan
proses seleksi. Setelah proses seleksi selesai dilakukan, organisasi perlu
menempatkan para calon karyawan yang telah diterima pada jabatan-jabatan yang
dibutuhkan organisasi dan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing,
sehingga para calon karyawan tersebut dapat bekerja dengan maksimal.
B.
Rumusan
Masalah
Secara
ringkas makalah ini akan mengangkat masalah sebagai berikut :
1. Seperti
apa gambaran umum mengenai seleksi dan penempatan SDM ?
2. Apakah
arti penting seleksi dan penempatan SDM terhadap kinerja organisasi ?
3. Bagaimana
langkah-langkah dalam menyusun seleksi dan penempatan SDM ?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
1. Untuk
mengetahui gambaran umum mengenai seleksi dan penempatan SDM.
2. Untuk
mengetahui arti penting seleksi dan penempatan SDM bagi kinerja organisasi.
3. Mengetahui
langkah-langkah dalam seleksi dan penempatan SDM.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Seleksi dan Penempatan SDM
Seleksi
adalah suatu rekomendasi atau suatu keputusan untuk menerima atau menolak
seseorang calon untuk pekerjaan tertentu berdasarkan suatu dugaan tentang
kemungkinan-kemungkinan dari calon untuk menjadi tenaga kerja yang berhasil
pada pekerjaannya.
Dan menurut
Sedarmayanti seleksi adalah kegiatan menentukan dan memilih tenaga kerja yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Seleksi bertujuan memutuskan masalah
apakah seorang pelamar diterima bekerja atau tidak.[1]
Tugas seleksi
ialah menilai sebanyak mungkin calon untuk memilih seseorang atau sejumlah
orang (sesuai dengan jumlah yang diperlukan) yang paling memenuhi persyaratan
pekerjaan yang ditetapkan semula.
Pada seleksi
sejumlah calon dinilai sejauh mana kesesuaian mereka (sejauh mana mereka
memenuhi persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan semula) dengan suatu
pekerjaan. Pada penempatan setiap calon dinilai derajat kesesuaiannya untuk
sejumlah pekerjaan yang berbeda-beda. Dari jumlah calon dipilih sejumlah orang
yang dinilai secara keseluruhan paling sesuai untuk pekerjaan yang berbeda-beda
yang tersedia.
Sedangkan penempatan
adalah suatu rekomendasi atau keputusan untuk mendistribusikan para calon
pada pekerjaan yang berbeda-beda berdasarkan suatu dugaan tentang
kemungkinan-kemungkinan dari calon untuk berhasil pada setiap pekerjaan yang
berbeda.
Tugas dari
penempatan adalah untuk menilai para calon dan untuk mencocokkan
kualifikasi mereka dengan persyaratan yang telah ditetapkan semula dari setiap
pekerjaan.
B.
Gambaran
Umum mengenai Seleksi dan Penempatan SDM
Sebelum
menjalankan proses seleksi, tentunya organisasi harus mengadakan rekrutmen
terlebih dahulu. Proses rekrutmen dilakukan dengan tujuan mendapatkan
persediaan calon karyawan sebanyak mungkin sehingga organisasi memiliki
kesempatan lebih besar untuk memilih calon karyawan yang dianggap memenuhi
standar kualifikasi organisasi.
Stoner, dkk
(1995) mendefinisikan rekrutmen sebagai suatu proses pengumpulan calon pemegang
jabatan yang sesuai dengan rencana sumber daya manusia untuk menduduki suatu
jabatan tertentu. “The recruitment is the development of a pool of job
candidates in accordance with a human resource plan” (Stoner, at all,
1995). Tujuan dari rekrutmen adalah mendapatkan calon karyawan sebanyak mungkin
sehingga memungkinkan pihak manajemen (recruiter) untuk memilih atau
menyeleksi calon sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Semakin banyak calon yang berhasil dikumpulkan maka akan semakin baik karena
kemungkinan untuk mendapatkan calon terbaik akan semakin besar.
Sebelum karyawan
dapat direkrut untuk mengisi suatu jabatan tertentu,recruiter harus
memiliki gambaran yang jelas tentang tugas-tugas dan kewajiban yang
dipersyaratkan untuk mengisi jabatan yang ditawarkan. Oleh sebab itu analisis
jabatan merupakan langkah pertama dalam proses rekrutmen dan seleksi. Sekali
suatu jabatan telah dianalisis, maka uraian atau pernyataan tertulis tentang
jabatan dan posisi jabatan tersebut dalam perusahaan/organisasi akan tertuang
dengan jelas.
Uraian atau
pernyataan tertulis tersebut dinamakan uraian jabatan (Job Description).
Jika uraian jabatan telah tersusun dengan baik, maka spesifikasi jabatan atau
disebut juga “hiring specification” akan mulai dikembangkan. Hiring
specification didefinisikan sebagai suatu uraian tertulis tentang
pendidikan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat mengisi
suatu jabatan tertentu sehingga dapat berfungsi dengan efektif. Job
Description dan Hiring Specification inilah yang
seharusnya dijadikan informasi dasar untuk memulai proses rekrutmen dan seleksi
dan penempatan.
Proses pemilihan
atau penyeleksian karyawan atau pegawai disebut dengan proses seleksi. Dasar
seleksi berarti penerimaan karyawan baru hendaknya berpedoman kepada dasar
tertentu yang digariskan oleh internal maupun eksternal perusahaan supaya
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Dasar-dasar itu antara lain :
a. Kebijaksanaan
perburuhan pemerintah
Seleksi
penerimaan karyawan baru harus berdasarkan dan berpedoman kepada Undang-Undang
Perburuhan Pemerintah. Seleksi usia harus didasarkan kepada Undang-Undang
tanggal 6 Januari 1951 No.I Pasal 1. Peraturan perburuhan melarang adanya
diskriminasi kulit, agama, dan suku bangsa. Sebaliknya, Undang-Undang tidak memperbolehkan
mempekerjakan anak-anak dibawah umur dan orang-orang yang terlibat dalam
G-30-S/PKI. Hal-hal diatas harus menjadi dasar kebijakan seleksi penerimaan
karyawan baru bagi setiap organisasi dan perusahaan.
b. Job
specification
Dalam
spesifikasi, telah ditetapkan, persyaratan dan kualifikasi minimun dari orang
yang dapat menjabat atau melakukan pekerjaan tersebut. Dasar ini harus
betul-betul menjadi pedoman pelaksanaan seleksi, prinsipnya adalah “the
right man on the right place and the right man behind the right gun” Jadi,
titik tolak pemikiran seleksi hendaknya kepada apa yang akan dijabat, baru
siapa yang akan menjabatnya, bukan siapa baru apa. Jabatan atau pekerjaan
apapun yang akan diisi hendaknya diseleksi beradasarkan atas spesifikasi jabatan
atau pekerjaan tersebut.
c. Ekonomis
rasional
Tindakan
ekonomis hendaknya menjadi dasar pelaksanaan seleksi supaya biaya, waktu, dan
pikiran dimanfaatkan secara efektif sehingga hasil efektif dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Etika
sosial
Seleksi harus
dilakukan sesuai dengan etika sosial. Artinya, memperhatikan norma-norma hukum,
agama, kebudayaan, dan adat istiadat masyarakat serta hukum yang berlaku di
negara bersangkutan.
Beberapa tujuan
organisasi melakukan seleksi adalah untuk mendapatkan :
§ Karyawan
yang qualified dan potensial
§ Karyawan
yang jujur dan berdisiplin
§ Karyawan
yang cakap dengan penempatan yang tepat
§ Karyawan
yang terampil dan bersemangat dalam bekerja
§ Karyawan
yang memenuhi syarat Undang-Undang Perburuhan
§ Karyawan
yang dapat bekerja sama
§ Karyawan
yang dinamis dan kreatif
§ Karyawan
yang inovatif dan bertanggung jawab
§ Karyawan
yang loyal dan berdedikasi tinggi
§ Karyawan
yang mudah dikembangkan dimasa akan datang
§ Karyawan
yang bekerja secara mandiri
§ Karyawan
yang mempunyai budaya dan perilaku malu
§ Untuk
mengurangi tingkat absensi dan turn over karyawan
C.
Strategi
Proses Seleksi
Campbell,
Dunnette, Lawler, Weick (1970) membahas 6
strategi seleksi atau strategi peramalan yang didasarkan pada penggunaan dari
metode mekanikal atau klinikal dalam mengumpulkan dan mengolah data.
Pengumpulan data
secara mekanikal ialah jika data dikumpulkan berdasarkan pedoman-pedoman,
peraturan-peraturan, dan prosedur yang telah di tetapkan semula (misalnya tes
atau alat ukur yang telah dikaji dan dibakukan pengambilan, pengolahan, dan
penilaiannya).
Pengumpulan data
secara klinikal adalah jika data dikumpulkan dengan cara yang lentur atau
fleksibel dalam arti kata bahwa macam data yang dikumpulkan dari seseorang,
berbeda dengan data yang dikumpulkan dari orang lain, tergantung pada orang
(psikolog) yang mengumpulkan data tersebut. Data yang dianggap perlu
dikumpulkan dari seseorang dapat berbeda macamnya dengan data yang dianggap
perlu dikumpulkan dari orang lain (misalnya pada wawancara seleksi dengan A,
dirasakan perlu mengetahui lebih dalam tentang hubungan antar anggota keluarga
karena diduga berpengaruh besar pada prestasi pekerjaannya kelak, sementara
pada wawancara dengan B, dirasakan penting mengetahui lebih banyak tentang
prestasinya atau pengalaman organisasinya).
Pengolahan data
secara mekanikal dilaksanakan sesuai dengan peraturan atau penrhitungan
statistik. Pengolahan data secara mekanikal dapat dilakukan oleh seseorang yang
bukan ahli dibidang psikologi, tetapi jika data dilakukan secara klinikal,
pengolahannya dilakukan oleh seorang ahli atau psikolog yang beranggapan bahwa
ia dapat lebih memperhatikan dan memanfaatkan keseluruhan pola prilaku calon
dalam rangka tuntutan pekerjaan. Berikut ini uraian singkat dari setiap
strategi :
1. Interpretasi
profil, data dikumpulkan mekanikal dan diolah
secara klinikal. Disini seorang ahli tanpa mengadakan wawancara dan mengamati
atau mengopservasi calon, menafsirkan pola atau “profil” dari score-score yang
diperoleh dari seperangkat tes.
2. Statistical
murni, data dikumpulkan dan diolah secara
mekanikal. Suatu contoh dari strategi ini ialah penggunaan dari informasi
biografikal dan score-score tes dalam suatu persamaan regresi ganda untuk
meramalkan prestasi kerja menejeril.
3. Klinikal
murni, pengumpulan dan pengolahan data
berlangsung secara klinikal. Disini seorang ahli mendasarkan pada peramalannya
pada wawancara atau observasi perilaku tanpa menggunakan informasi objektif.
Laporan tertulis tentang calon setelah ia diwawancara merupakan satu missal
dari strategi ini.
4. Pengharkatan
perilaku (behavior rating), pengumpulan data
dilakukan secara klinikal sedangkan pengolahannya dilakukan secara
mekanikal.Para ahli setelah mengobservasi perilaku calon atau
setelah mewawancarainya, meringkas kesan-kesannya dalam bentuk pengharkatan
pada satu atau lebih skala yang telah disediakan.
5. Gabungan
klinikal, pengumpuland ata dilakukan secara
mekanikal dan klinial sedangkan pengolahannya dilakukan secara klinikal. Hal
ini merupakan situasi klinikal yang paling sering dijumpai, dimana semua
informasi dari wawancara,m observasi dan skor tes dipasukan oleh seorang atau
satu tim ahli klinik untuk mengembangkan satu gagasan dan peramalan-peramalan
perilaku tentang seseorang calon.
6. Gabungan
mekanikal, data dikumpulakn secara mekanikal
sedangkan pengolahan data dilakukan secara mekanikal. Metode ini berbeda dengan
gabungan klinikal hanya dalam penggunaan dari aturan-aturan yang telah
ditetapkan semula (seperti persamaan regresi ganda) untuk mendapatkan
peramalan-peramalan perilaku final dari semua data yang tersedia.
Nilai dari keenam strategi diteliti oleh Sawyer dan
hasilnya dibahas secara ringkas oleh Campbell dkk. Dari hasil
penelitian Sawyer disimpulkan bahwa cara pengolahan data secara mekanikal lebih
baik dari cara pengolahan yang klinikal.
Kelebihan
dari metode mekanikal :
a) Metode
ini lebih cermat dalam menyatakan besarnya kemungkinan timbulnya satu taraf
prilaku kerja tertentu.
b) Metode
ini menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari belajar melalui pengalaman
tentang peramal-peramal yang tepat yang berkaitan dengan prilaku kerja yang
berbeda-beda.
Kelemahan
dari metode mekanikal :
a) Kesulitannya
untuk mengadakan kajian-kajian validasi.
b) Ketidakmampuan
untuk memperhatikan perubahan-perubahan dinamis dalam pekerjaan dan kondisi
keorganisasian.
c) Kesulitan
untuk menggunakannya dalam memperoleh keputusan yang sifatnya perorangan.
Keuntungan
metode klinikal :
a) Setiap
orang ditangani dengan cara yang lebih sesuai dengan dirinya.
b) Psikolog
dengan menggunakan keterampilan khususnya dan pengalamannya dapat memperhatikan
kondisi-kondisi yang unik dan khusus untuk memperoleh data yang rinci.
Kelemahan
metode klinikal :
a) Derajat
ketidak tepatan yang berarti hanya ada sedikit atau tidak ada sama sekali
pengetahuan sebelumnya tentang ketepatan pengambilan keputusan mengenai
diterima atau ditolaknya tenaga kerja berdasarkan metode klinis.
b) Berbagai
macam masalah yang timbul dari kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan
prosedur yang tidak dibakukan, yang subjektif, masalah dari pembentukan
kesan-kesan, dan aturan optimal untuk mengkombinasikan informasi dengan bentuk
peramalan.
D.
Langkah-Langkah
dalam Proses Seleksi dan Penempatan SDM
Perusahan-perusahaan
dewasa ini telah cukup banyak menggunakan jasa psikolog untuk membantu merekan
menyeleksi tenaga kerja. Penggunaan pemeriksaan psikologis atau psikotes mulai
banyak dikenal pada permulaan tahun 60-an. Di Indonesia proses penerimaan
tenaga kerja berlangsung dalam 2 tahapan yang besar yaitu pencarian calon
tenaga kerja dan seleksi calon tenaga kerja.
1. Tahap
pencarian calon tenaga kerja.
Pada tahap ini
diusahakan agar jumlah calon tenaga kerja terkumpul cukup banyak sehingga dapat
dilakukan seleksi yang baik. Makin banyak calon tenaga kerja, makin banyak
kemungkinan mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi persyaratan perusahaan.
Pencarian calon tenaga kerja dilakukan melalui :
a) Iklan
b) Pendekatan
langsung ke sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan.
c) Para
tenaga kerjanya sendiri yang mengajukan kenalan atau anggota keluarganya yang
dapat mereka jamin ‘kebaikan’ pekerjaan mereka.
d) Pencari
kerja melamar sendiri ke perusahaan-perusahaan.
2. Tahap
seleksi calon tenaga kerja
Proses seleksi
calon tenaga kerja diperusahaan di Indonesia bervariasi. Namun secara
garis besar seleksi berlangsung sesuai dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a) Seleksi
surat-surat lamaran
b) Wawancara
awal.
c) Ujian,
psikotes, wawancara. Tahap ini dapat dibagi dalam 3 subtahap yaitu (a) ujian:
calon mendapat ujian tertulis tentang pengetahuan dan keterampilannya dengan
pekerjaan yang dilamar. (b) psikotes: calon dievaluasi secara psikologi, yang
meliputi pemberian tes psikologi secara kelompok atau klasikal dan secara
perorangan dan wawancara. (c) wawancara: calon diwawancarai oleh pemimpin unit
kerja yang memerlukan tenaganya. Disini calon diwawancarai oleh atasan dari
jabatan yang akan ia duduki jika diterima. Atasan dapat melihat sejauh mana
pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki calon tentang pekerjaan yang
ia lamar. Dalam tahap tiga ini dapat terjadi bahwa para calon mengikuti semua
subtahap atau hanya mengikuti subtahap berikutnya kalau dinilai memuaskan pada
subtahap sebelumnya.
d) Penilaian
akhir. Pada tahap ini hasil-hasil dari tahap sebelumnya dinilai secara
keseluruhan untuk sampai diambil keputusan akhir calon mana yang akan diterima
atau ditolak. Para calon yang diterima kemudian diminta untuk dites
kesehatan umumnya. Hasil tes kesehatan ini dan hasil-hasil dari tahapan
sebelumnya kemudian digunakan sebagai dasar penerimaan atau penolakan calon.
e) Pemberitahuan
dan wawancara akhir. Hasil penilaian pada tahap 4 diberitahukan kepada para
calon. Wawancara akhir dilakukan pada calon yang diterima, kemudian diterangkan
tentang berbagai kebijakan, terutama yang menyangkut kebijakan dalam bidang
SDM, seperti gaji dan imbalan lainnya. Jika calon tenaga kerja menyetujuinya,
ia dapat diterima pada perusahaan.
f) Penerimaan.
Dalam tahap ini para calon tenaga kerja mendapat surat keputusan diterima
kerja pada perusahaan dengan berbagai persyaratan kerja. Ada kalanya
tenaga kerja diminta untuk menandatangani sebuah kontrak kerja.
Sedangkan untuk
para karyawan baru, para karyawan baru yang telah selesai menjalankan program
seleksi harus segera mendapatkan tempat pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan
keahlian yang dimilikinya. Salah satu fungsi MSDM untuk mengurus hal ini
adalah placement atau penempatan karyawan.
Penempatan
karyawan berarti mengalokasikan para karyawan pada posisi kerja tertentu, hal
ini khusus terjadi pada karyawan baru. Kepada para karyawan lama yang telah
menduduki jabatan atau pekerjaan termasuk sasaran fungsi penempatan karyawan
dalam arti mempertahankan pada posisinya atau memindahkan pada posisi yang
lain.
Penempatan staffing terdiri
dari dua cara :
1. Karyawan
baru dari luar perusahaan dan
2. Penugasan
di tempat yang baru bagi karyawan lama yang disebut implacement atau
penempatan internal.
Penempatan
adalah penugasan atau penugasan kembali seorang karyawan kepada pekerjaan
barunya. Keputusan penempatan lebih banyak dibuat oleh manajer lini, biasanya
supervisor seorang karyawan dengan berkonsultasi menentukan penempatan karyawan
di masa datang. Peranan departemen SDM adalah memberi nasihat kepada manajer
lini tentang kebijakan perusahaan dan memberikan konseling kepada para
karyawan.
Dalam alur ini,
terdapat tiga jenis penting dari penempatan, yaitu promosi, transfer, dan
demosi. Berikut ini dijelaskan tiga jenis penempatan dan separasi.
a. Promosi
Promosi terjadi
apabila seorang karyawan dipindahkan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain yang
lebih tinggi dalam pembayaran, tanggung jawab dan atau level. Umumnya diberikan
sebagai penghargaan, hadiah (reward system) atas usaha dan
prestasinya di masa lampau, maka akan muncul dua permasalahan.
b. Transfer
dan Demosi
Transfer dan
demosi adalah dua kegiatan utama penempatan karyawan lainnya yang ada pada
perusahaan.
c. Job-Posting
Program
Job-posting program memberikan
informasi kepada karyawan tentang pembukaan lowongan kerja dan persyaratannya.
Pengumuman tentang lowongan kerja tersebut mengundang para karyawan yang
memenuhi syarat untuk melamarnya. Biasanya diumumkan melalui bulletin atau
surat kabar perusahaan baik surat kabar biasa maupun elektronik. Kualifikasi
dan ketentuan lain biasanya diambil dari informasi analisis pekerjaan, melalui
pencalonan diri ataupun dengan rekomendasi supervisor, karyawan yang tertarik
dapat mengajukan permohonan kepada departemen SDM.
Terdapat tiga
hal yang mendasari keputusan penempatan bagi SDM, yaitu efektivitas, tuntutan
hukum, dan prevensi PHK.
a. Efektivitas
Efektivitas
penempatan harus mampu meminimalisir kemungkinan terjadinya kekacauan bagi
karyawan dan perusahaan. Untuk mengurangi kekacauan, keputusan promosi dan
transfer harus dibuat sesuai dengan langkah-langkah seleksi. Ketika penempatan
ditetapkan, karyawan baru harus mendapatkan pengenalan untuk mengurangi
kecemasan dan mempercepat sosialisasi dan proses belajar.
b. Tuntutan
Hukum
Selama ini
hubungan kerja yang tidak didasarkan pada kontrak resmi tertulis disebut
hubungan kerja sukarela dan dilanjutkan dengan persetujuan. Kedua pihak harus
memberitahukan apabila hubungan itu berakhir. Hak perusahaan untuk
memberhentikan pekerja setiap saat tanpa sebab menjadi dikenal sebagai doktrin
pemberi kerja.
c. Pencegahan
Separasi (PHK)
Salah satu
bidang kreatif MSDM adalah upaya pencegahan separasi. Ketika departemen SDM
dapat mencegah perusahaan kehilangan SDM yang bernilai, maka uang yang ditanam
dalam rekrutmen, seleksi, orientasi dan pelatihan tidak hilang. Uang juga dapat
dihemat dengan mengurangi keperluan penyebaran pekerja yang tersisa.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setiap
organisasi dalam mencari dan memilih calon-calon karyawan, tentunya akan berusaha
sebaik mungkin untuk mendapatkan yang terbaik dan yang paling sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Untuk mendapatkan calon-calon karyawan yang berkualitas tentunya
organisasi harus melakukan proses seleksi yang baik.
Organisasi
melakukan seleksi untuk mencari dan memilih calon karyawan yang akan diterima
atau ditolak oleh organisasi. Dengan proses seleksi tersebut diharapkan organisasi
akan mendapat calon-calon karyawan yang benar-benar sesuai dengan jabatan yang
dibutuhkan oleh organisasi. Dalam hal ini karyawan yang terpilih akan merasa
puas apabila mereka ditempatkan pada jabatan yang sesuai denan kemampuan mereka
masing –masing.
Penempatan
karyawan yang sesuai pada posisi yang tepat bukan saja menjadi keinginan
organisasi tetapi juga menjadi keinginan karyawan. Dengan demikian karyawan
yang bersangkutan dapat mengetahui ruang lingkup pekerjaan yang dibebankan
kepadanya, sehingga karyawan akan merasa termotivasi dan bersemangat dalam
bekerja dan memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi.
B.
Saran-Saran
1. Organisasi
harus melakukan analisis jabatan yang baik sebelum melakukan serangkaian proses
seleksi dan penempatan SDM.
2. Memilih
metode seleksi SDM yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi.
3. Menempatkan
karyawan baru sesuai dengan analisis jabatan yang telah dilakukan sebelumnya
dan disesuaikan dengan hasil seleksi karyawan yang bersangkutan.
[1] Sedarmayanti. Manajemen Sumber
Daya Manusia dan Manajemen PNS (Bandung : PT Refika Aditama, 2011). hlm.
113.
terimakasih, postinganya sangat membantu
BalasHapusInformasi Kontes SEO untuk para blogger atau MASTER SEO gan.. ada 3 kontes SEO 2014 yang baru running nih, Semua GRATIS PENDAFTARAN.
BalasHapus*Kontes seo Afa Togel www.kontes-seo-afatogel.com/ Total hadiah 25.jt
18 januari 2014 - 18 maret 2014
*Kontes seo Batik Poker www.kontes-seo-batikpoker.com/ Total hadiah 32.jt
22 januari 2014 - 22 maret 2014
*Kontes seo Eyang Togel www.kontes-seo-eyangtogel.com/ Total hadiah 25.jt
26 januari 2014 - 26 maret 2014
info lebih lengkap masuk aja ke situsnya
Bpk.DR.SULARDI. MM beliau selaku DEPUTI BIDANG BINA PENGADAAN, KEPANGKATAN DAN PENSIUN BKN PUSAT,dan dialah membantu kelulusan saya selama ini,alhamdulillah SK saya tahun ini bisa keluar.Teman teman yg ingin seperti saya silahkan anda hubungi bpk DR.SULARDI.MM Tlp; 0813-4662-6222. Siapa tau beliau mau bantu
BalasHapusTerimakasih artikelnya bermanfaat buat refrensi blog saya
BalasHapuskunjungi juga http://gomarketingstrategic.blogspot.co.id
Terima kasih sebelumnya mas. maaf saya ingin bertanya, konsep penarikan nya itu bagaimana ya? saya masih kurang mengerti. mohon dijelaskan! terimakasih
BalasHapus