Awalnya, istilah
“ideologi” dimaksudkan oleh penciptanya. Destrut de Tracy (1796) dkk, sebagai
“Ilmu ide” yang diharapkan mampu membawa perubahan institusional, mulai dari
pembaharuan menyeluruh atas sekolah-sekolah di prancis. Tracy memberikan
definisi ideologi adalah suatu sistem ide, yang mencoba melepaskan diri dari
hal-hal metafisis. Para ideolog untuk kurun waktu tertentu menikmati posisi
pembuat kebijakan dalam kelas II (ilmu-ilmu moral dan politik) di Institut
nasional.
Tetapi pertentangan
dengan napoleon, menyebabkan Napoleon Banaparte (penuh mistik) berusaha untuk
menghapus usaha pembaharuan dalam institut (1802-1803). Ia memecat
anggota-anggotanya sebagai tukang khayal tak berguna dan membuat mereka sebagai
bahan cemoohan. Ideologi juga bisa diartikan sebagai seperangkat sistem dan
tata nilai dari berbagai kesepakatan-kesepakatan, yang harus ditaati dalam
sebuah kelompok sosial. Ideologi adalah motivasi bagi praksis sosial yang
memberikan pembenaran dan mendorong suatu tindakan. Ideologi mendorong untuk
menunjukkan bahwa kelompok sosial yang diyakininya mempunyai alasan untuk ada.
Dalam sejarah
pertarungan sosial dan politik dunia, ideologi juga tidak jarang banyak
mengorbankan ribuan bahkan jutaan nyawa demi sebuah perjuangan membela
ideologi. Apalagi kalau ideologi sudah masuk pada ranah politik dan kekuasaan.
Demi sebuah ideologi, 600.000 orang tewas karena terlibat (atau tertuduh)
sebagai PKI dalam aksi “balas dendam” yang legal sehabis tragedi 30 September
1965 di Indonesia. Kemunculan tiga arus besar ideologi dunia (baca:
kapitalisme, sosialisme-komunisme, dan fasisme) serta perkembangan dahsyat
gerakan sosial dan ilmu pengetahuan yang diikuti oleh munculnya teori-teori
baru beserta prediksi-prediksi ilmiah mau tidak mau menyeret wacana ideologi
dalam perbincangan hangat di kalangan kaum intelektual.
Tapi menjadi agak
mustahil membincangkan ideologi dalam kerangka konseptualnya tanpa memahami
lebih dahulu bagaimana sejarah yang telah menyusunnya. Dengan pelan-pelan meski
sangat sederhana, mari kita membuka catatan-catan sejarah itu.
A.
KAPITALISME
Karl Marx membagi
perkembangan umat manusia dalam analisis prediktifnya dari mulai masyarakat
Primitif/Tradisional ke Feodal ke Kapitalis ke Sosialis/Komunis. Akan tetapi
dalam gerak laju sejarahnya, ternyata analisisnya Karl Marx meleset. Hingga
hari ini ternyata kemenangan dari semua ideologi dunia adalah Kapitalisme
Liberal (Baca: Francis Fukuyama). Awal munculnya kapitalisme, yang fenomena
historisnya ditemukan oleh Karl Marx kemudian menjadi sebuah sistem dunia,
dapat dilacak dari terjadinya transisi historis zaman feodalisme.
Tepatnya pada akhir
abad XIV awal abad XV ketika orang-orang Eropa berhasil mengatasi persoalan
hambatan geografis. Solusi dari hambatan geografis diatas berawal dari
ditemukannya kompas sebagai penunjuk arah dan berkembangnya pengetahuan
kelautan. kolaborasi dari dua penemuan baru tersebut membuat watak ekspansionis
bangsa Eropa menemukan momentum dan ruang geraknya. Sejak saat itulah
penaklukan dunia yang fenomena historisnya berbentuk imperialisme-kolonialisme
di berbagai belahan dunia oleh bangsa Eropa dimulai.
Bangsa Eropa datang
kebeberapa benua dunia diantaranya benua Amerika, Afrika, Asia sebagai penakluk
untuk mengeruk kekayaan alamnya, memperbudak penduduk asalnya sekaligus
mengumumkan pengukuhan dirinya sebagai ras yang paling unggul dari ras dan
bangsa-bangsa lain. Ajarannya adalah manusia berbudaya adalah orang-orang kulit
putih dari Eropa, sedangkan diluar orang-orang berkulit putih Eropa adalah
manusia-manusia barbar yang biadab.
Sejak saat itu pula hierarkhis-dikotomis kebudayaan mulai ditancapkan dalam benak manusia dunia. bahwa hanya orang kulit putihlah yang paling unggul dan harus ditiru, yang dikemudian waktu klaim ini membuat motivasi tersendiri bagi mereka untuk melakukan praktek imperialisme-kolonialisme tidak hanya terbatas dalam ruang ekonomi-politik, akan tetapi lebih jauh dari itu adalah penjajahan cultur dan kebudayaan masyarakat terjajah untuk diseragamkan dengan budaya orang kulit putih. Atas dasar itulah, tidak salah kalau dikatakan bahwa munculnya kapitalisme sebagai suatu sistem dunia pararel atau beriringan dengan dimulainya praktek imperialisme-kolonialisme jagad raya. Dan dari imperialisme-kolonialisme inilah akumulasi modal mulai terkonsentrasi di berbagai belahan wilayah Eropa, terutama di Inggris.
Sejak saat itu pula hierarkhis-dikotomis kebudayaan mulai ditancapkan dalam benak manusia dunia. bahwa hanya orang kulit putihlah yang paling unggul dan harus ditiru, yang dikemudian waktu klaim ini membuat motivasi tersendiri bagi mereka untuk melakukan praktek imperialisme-kolonialisme tidak hanya terbatas dalam ruang ekonomi-politik, akan tetapi lebih jauh dari itu adalah penjajahan cultur dan kebudayaan masyarakat terjajah untuk diseragamkan dengan budaya orang kulit putih. Atas dasar itulah, tidak salah kalau dikatakan bahwa munculnya kapitalisme sebagai suatu sistem dunia pararel atau beriringan dengan dimulainya praktek imperialisme-kolonialisme jagad raya. Dan dari imperialisme-kolonialisme inilah akumulasi modal mulai terkonsentrasi di berbagai belahan wilayah Eropa, terutama di Inggris.
Dudly Dillard, secara
kronologis membagi sejarah muncul dan perkembangan kapitalisme, terutama
kapitalisme industrial, menjadi tiga fase perkembangan, yakni kapitalisme fase
awal ( 1500-1750), kapitalisme fase klasik ( 1750-1914) dan kapitalisme fase
lanjut (1914-1945). Memang harus diakui bahwa tidak ada kesepakatan oleh para
ahli mengenai definisi kapitalisme, akan tetapi mereka umumnya sepakat bahwa
kapitalisme adalah satu sistem ekonomi yang berlandaskan pada filsafat
individualisme-liberalisme yang memiliki implikasi kebebasan manusia untuk
mengekploitasi apapun yang dapat menguntungkan individu tersebut.
Pertama,
Kapitalisme Awal atau Kapitalisme Merkantilismes (1500-1750), yaitu kapitalisme
yang bertumpu pada industri sandang di Inggris. Kapitalisme pada masa ini masih
sangat sederhana. yaitu ditandai dengan praktek permintalan benang yang masih
mengunakan masinal (mechine) sederhana. Sementara kebutuhan produksi disesuaikan
dengan kebutuhan konsumen. Pada abad XVI industri sandang dibeberapa pedesaan
di Inggris mengalami perkembangan produksi yang sangat pesat. Pemasukan
keuangan negara yang pada awalnya hanya berasal dari pajak rakyat mulai
bertambah dengan pendayagunaan surplus sosial (semacam tabungan sosial dari
beberapa pabrik sandang).
Dari pemakaian sistem
inilah, kapitalisme semakin menempati posisi yang aman dari kontestasinya
dengan sistem ekonomi sebelumnya. Kalau pada sistem ekonomi yang diterapkan
sebelum sistem kapitalisme, dana surplus sosial selalu digunakan untuk membuat
tanda-tanda kejayaan suatu masa dengan membangun piramida-piramida atau
katedral-katedral sebagai lambang kemegahan dan kejayaannya, maka ketika sistem
kapitalis ini dipakai, dana yang awalnya dipakai untuk hal-hal diatas dialihkan
untuk membuat infrastruktur dan supra struktur baru dalam bidang ekonomi
seperti membangun usaha perkapalan, pergudangan, persiapan dan
penyediaanbahan-bahan mentah, dan berbagai bentuk penanaman modal lainnya. dengan
demikian, surplus sosial yang pada awalnya selalu habis bahkan defisit, berubah
menjadi perluasan kapasitas produksi.
Ada sekian banyak
momentum penting yang membuka peluang perkembangan kapitalisme menjadi semakin
tak terbendung. mulusnya perkembangan kapitalisme di atas tidak bisa dilepaskan
dari beberapa momentum-momentum penting yang menjadikan perkembanagn
kapitalisme berjalan mulus antara lain, Pertama, munculnya gerakan perlawanan
(protestanisme) dari kaum calvinis yang dipimpin oleh Marlin Luther King
terhadap hegemoni doktrin gereja katolik mengenai kehidupan didunia. Kedua,
penemuan logam-logam mulia dari dunia baru (koloni) untuk kemudian dipakai
sebagai alat transaksi yang distandarisasi. dan terakhir adalah kuatnya back up
dari kekuasaan saat itu. dari sinilah kemudian, perkembangan kapitalisme seakan
tidak mengalami hambatan yang berarti.
Kedua,
adalah Kapitalisme Fase Klasik (1750-1914). Fase ini ditandai dengan
bergesernya sistem pembangunan kapitalisme dari sistem perdagangan (merkantilisme)
ke sistem industri, tepatnya ketika terjadi revolusi industri di Inggris yang
kemudian menjadikan masa ini sebagai masa transisi dari dominasi modal
perdagangan ke dominasi modal industri. Perubahan sistem ini dilatarbelakangi
oleh perkembangan baru dalam keilmuan manajemen-organisasi dan
penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi. dengan latarbelakang diatas
itulah, laju kapitalisme semakin tidak terbendung karena sistem produksi yang
pada masa kapitalisme awal hanya ditopang oleh infra struktur dan supra
struktur yang sederhana, maka pada fase ini sudah mulai memakai sistem modern
dengan didukung oleh industri yang berbasis tekhnologi maju.
Dalam bidang pemikiran,
pada saat yang sama muncul seorang ekonom Inggris, Adam Smith dengan karyanya
Inquiry into the nature and causes of the wealth nations (1776). Dalam buku
tersebut, Adam Smith menawarkan satu sistem ekonomi yang akan membawa
kesejahteraan masyarakat eropa saat itu yakni sistem ekonomi liberal. Doktrin
utama dari sistem ini adalah menyerahkan semua keputusan-keputusan ekonomi
kepada pasar dengan membongkar atau bahkan menghilangkan peran negara
sedikitpun. Kebijakan ini mulai dilajankan setelah revolusi Prancis dan perang
napoleon sebagai masa hancur-totalnya sisa-sisa sistem feodal. Turunan dari
doktrin diatas termanifestasikan dalam kebijakan-kebijakan, perdagangan bebas,
standarisasi keuangan yang kuat (dengan emas), pembuatan anggaran belanja yang
seimbang, penghapusan subsidi sosial dll. Singkatnya, sistem ini memulangkan
segala persoalan kepada masing-masing individu dan interaksi yang tidak diatur
akan menghasilkan akibat-akibat sosial yang dicita-citakan.
Begitulah kapitalisme
liberal terus berjalan sampai mengalami berbagai pertentangan internal
(anomali) antar negara kapitalis itu sendiri yang kemudian mengakibatkan
meletusnya perang dunia I pada tahun 1914-1918 antara kekuatan negara kapitalis
baru (Jerman, Jepang dan perancis) dengan negara bos kapitalis Inggris. Akibat
dari Perang Dunia I tersebut adalah perubahan besar mengenai pembagian
koloni-koloni tanah jajahan yang menguntungkan negara yang menang perang.
Ketiga,
Fase Kapitalisme Lanjut (1914-1945). Fase ini ditandai dengan peristiwa
bergesernya dominasi modal dari belahan dunia Eropa ke negara adi daya baru
Amerika Serikat yang dilatarbelakangi oleh hancurnya sistem ekonomi Eropa
akibat perang yang berkepanjangan yang mengakibatkan terjadinya krisis
besar-besaran dihampir negara kapitalis Eropa, terutama Inggris yang pada
awalnya sebagai negara kapitalis Eropa terkaya. selain itu ada tiga momentum
besar di dunia internasional saat itu, yakni terjadinya perang dunia pertama,
munculnya perlawanan dari dunia terjajah (Asia-Afrika) terhadap praktik
imperialisme kolonialisme yang telah berjalan cukup lama, dan suksesnya
revolusi Bolsevik 1917 di Rusia yang menghancurkan sistem feodalisme kaesar
Tsar saat itu. Dari ketiga momentum inilah beberapa negara kapitalis Eropa dan
Amerika mengalami greet depression atau depresi ekonomi dunia besar-besaran.
Dari kejadian itulah
dunia mengalami resesi ekonomi, harga-harga saham wall street jatuh pada harga
yang terendah dalam sejarah dan meningkatnya jumlah penganguran secara drastis.
Dari peristiwa diatas, negara-negara kapitalis saat itu mulai merubah kebijakan
ekonominya dari sistem liberalis yang tidak memberikan ruang jaminan sosial
sedikitpun kepada masyarakat pada sistem ekonomi negara kesejahteraan (walfare
state).
Sebenarnya perubahan
sistem kapitalisme saat itu bukan hanya sekedar memberikan hak-hak rakyat yang
selama ini terampas oleh keserakahan kaum kapitalis sebagaimana alasan diatas,
akan tetapi lebih mendasar dari itu adalah kapitalisme saat itu ingin
menyelamatkan dirinya sekaligus merancang sistem ekonomi kapitalis yang lebih
kuat–yang fenomena historisnya kita temukan pada akhir dekade 1970-an atau yang
lebih dikenal dengan istilah kapitalisme neo-liberal–dari ancaman fenomena
sosial baru (kegandrungan kepada sistem sosialialis) setelah suksesnya revolusi
bolisevik di Rusia. Tawaran paket menarik yang berupa sistem dan jaminan kesejahteraan
sosial dari negara-negara kapitalis Eropa dan AS saat itu antara lain program
redistribusi kekayaan, penyediaan fasilitas umum, subsidi pendidikan,
kesehatan, perumahan dan jaminan perawatan pribadi diluncurkan.
Pada periode inilah
dimulai kembalinya peran negara yang tidak hanya sebagai penjamin kesejahteraan
pasca perang, akan tetapi lebih dari itu negara dituntut untuk menjadi pemain
kunci dalam perekonomian global. Dari doktrin itulah nasionalisasi
besar-besaran terhadap aset-aset industri diterapkan. tawaran sistem baru ini
dilounching oleh John Maynard Keynes, seorang pemikir ekonomi besar dari Inggris. tepatnya
pada dekade 1930-an. Keynes meyakini persoalan resesi ekonomi dunia dapat
diselesaikan kalau pemerentah melakukan intervensi terhadap perekonomian untuk
menciptakan kondisi full employment sebagai suatu yang secara ialmiah tidak
dimiliki oleh pasar. model kebijakan yang seperti inilah kemudian ngetrend
dalam sistem ekonomi dunia yang tidak hanya diterapkan oleh negara-negara kapitalis
akan tetapi juga negara-negara berkembang yang baru merdeka. karena negara
dipercaya mampu memecahkan kontradiksi pasar dan sebagai aktor yang mampu
mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan ekonomi.
Wacana dan praktek
sistem walfare state hanya berjalan sampai pada dekade 1970-an akhir awal
1980-an ketika kapitalisme internasional mengalami resesi ekonomi dunia kedua
kalinya. Munculnya aliran Kapitalisme Neo-Liberal atau kanan baru (1979- Now)
merupakan tawaran solusi dari sistem walfare state yang mengalami kontradiksi
pasar diatas. Adalah Friedrich Van Hayek, seorang profesor di Universitas
Chicago sejak 1940-an, yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya Milton Friedman
di universitas yang sama. menawarkan solusi kembali pada sistem ekonomi
neo-klasik. dari sinilah embrio dari neo liberalism. Wacana neo-liberal dalam
sistem ekonomi kapitalisme pada masa ini menyebar dengan cepat. Keberhasilan
mereka mengembangkan gagasan neo-liberalism dalam sisitem ekonomi didukung oleh
kuatnya jaringan internasional yang melibatkan berbagai yayasan, institut,
pusat penelitian, penerbitan, ilmuwan, penulis, dan ahli ilmu hubngan
masyarakat membuat gagsan tyersebut cepat meneyebar dan menjadi begitu populer
sampai menjadi kultural hegemoni yang kemudian lebih dikenal dengan istilah
kanan baru. Awal pertama kali praktek kebijakan neo-liberalism dalam sistem
ekonomi internasional terjadi pada tahun 1979, ketika Margareth Thatcher
menjadi perdana menteri Inggris.
Di Eropa aliran di atas
,diimplementasikan untuk pertama kalinya oleh PM. Margaret Thatcher. kebijakan
pertama yang diambil setelah menduduki posisi PM Inggris adalah penghapusan
kewajiban negara untuk memikul tanggungjawab terhadap rakyatnya yang berupa
subsidi negara terhadap rakyat. dan memangkas secara radikal subsidi-subsidi
sosial. Sebagai gantinya pemerintah lebih mementingkan pelayanan terhadap
swasta, melakukan pemotongan pajak, menjalankan program privatisasi
swastanisasi dan liberalisasi, menghilangkan pengawasan terhadap penyiaran ,
telekomunikasi, transportasi, dan membabad habis seluruh serikat buruh.
Di Amerika, pada saat
yang sama kaum republiken memenangkan pemilunya yang kemudian menaikkan Ronald
Reagen sebagai Presiden AS menggantikan Jimmy Carter. pada saat inilah
pengadopsian neo-liberalisme di Amerika sebagai sistem ekonomi mulai
diterapkan. rezim ini sangat meyakini teori-trickle down effect yang mengklaim
bahwa si kaya mendapatkan insentif seperti membayar pajak murah/rendah, maka
mereka akan lebih giat dalam berwirawasta dan pada gilirannya mereka akan
banyak menciptakan pertumbuhan peluang dan lowongan kerja. sederhanya, jika
industri diserahkan ke Swasta maka akan lebih efisien dan menekan pengeluaran
pemerintah untuk pembayaran tunjangan sosial.
Dengan bekal teori di
atas Reagen melakukan deregulasi ekonomi yang telah dirintis oleh Carter tahun
70-an. Kontrol atas harga minyak dicabut, aturan mengenai transportasi kereta
api, industri minyak dan gas serta penyiaran diperlonggar. dengan mengikuti
langkah Tathcher, Reagen membatasi kekuatan serikat buruh. setelah itu,
gelombang neo-liberalisme segera menyebar ke hampir seluruh dunia yang
meliputi: amerika latin, asia timur, India, sampai hampir seluruh negara
Afrika. negara yang memulai pertama kali setelah Inggris dan Amerika adalah
negara-negara dominion Inggris seperti Australia, pada Paul keating, Kanada,
New Zeeland, Chili, Argentina, Brazil, jerman, Itali, Prancis, hingga Zambia
dan Tanzania.
Kuatnya daya dorong
kapitalisme ini membuat partai-partai yang pada awalnya memiliki platform
politik yang lebih dekat ke kiri secara perlahan beralih ke kanan.disinilah
dapat disebut pemerintahan toni Blair dari Inggris, Schroder dari Jerman,
Lionel Jospin dari Prancis yang pada awalnya ketiganya berasal dari partai
buruh. tetapi kebihjakannya menganut sistem ekonomi neo liberal yang kanan.
Demikianlah perjalanan sejarah kapitalisme dari awal sampai akhir.
Kalau kita perhatikan
dari awal masa perkembangannya kapitalisme memiliki identifikasi yang khas :
1.
Sistem ekonomi kapitalisme mentasbihkan
kebebasan individu untuk melihat alat-alat produksi dan modal, bukan oleh
negara atau yang disebut dengan Hak Individu (individual ownwrship).
2.
Ekonomi Pasar (market economy)
pereknomian pasar berdasar pada prinsip spesialisasi kerja dan hal itu tidak
diatur oleh siapapun kecuali kondisi pasar itu sendiri.
3.
Persaingan (competition) sebagai
konsekuensi logis dari berkembangnya ekonomi pasar.
4.
Keuntungan (profit) prinsip keuntungan.
B.
SOSIALISME-KOMUNISME
Pada awalnya,
sosialisme dan komunisme mempunyai arti yang sama, tetapi akhirnya komunisme
lebih dipakai untuk aliran sosialis yang lebih radikal. Ada beberapa unsur yang
terdapat dalam sosialisme, diantaranya dengan mewujudkan protes dan penolakan
terhadap ketimpangan sosial. Dalam jaman renaissance dan Reformasi muncul protes
terhadap ketimpangan dalam kemakmuran, dalam revolusi kaum puritan di abad 17
di Inggris, berbarengan dengan gerakan utama yang berasal dari kaum menengah,
tampil sebuah kelompok radikal yang disebut “para penggali” atau para “pemerata
sejati” (true leveres). Mereka berjuang untuk mempraktekkan prinsip pemilikan
tanah secara komunal dan bukan menyangkut penggunaanya.
Unsur lain yang
terdapat dalam sosialisme yaitu, protes terhadap prinsip Cash nexus bahwa uang
merupakan ikatan utama antar manusia tidak terbatas pada tradisi sosial saja.
Sejauh sosialisme mengandung dalam dirinya unsur-unsur tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa sosialisme sudah setua peradaban barat. Pemikiran Yunani maupun
Yahudi-Kristen masing-masing menolak kekayaan sebagai landasan kehidupan yang
bahagia.
Tetapi kalau kita
melihat sesuatu yang lebih konkrit dalam sejarah, akan ditemukan bahwa
sosialisme sebagai gerakan yang efektif dan terorganisir merupakan produk dari
revolusi industri di Inggris. Pada tahun 1820-an dan 1830-an di Inggris dan
Prancis muncul teori sosialisme modern, teori yang memusatkan perhatian untuk
membebaskan kelas pekerja industri dari belenggu kapitalisme industri,
perubahan dalam organisasi sosial yang disebabkan oleh industrialisasi inii
mengakibatkan munculnya kesenjangan kelas buruh dan pemodal yang dalam bahasa
Marx disebut sebagai proletar dan borjuis, dan kondisi-kondisi lainnya
sehubungan dengan jam kerja buruh, kesehatan kerusakan lingkungan.
Sosialisme sebagai
koreksi total terhadap gejala akses negatif yang ditimbulkan oleh pertentangan
kelas buruh dengan kelas borjuasi. Dalam scenario yang disusun Marx dan
sahabatnya, Engels yang akhirnya menjadi kitab suci bagi penganut
sosialis-komunis dunia. Das Capital (1867) banyak menginspirasikan gerakan
buruh diseluruh dunia. Dikesempatan itulah kaum buruh akan merebut posisi
sebagai pemegang alat produksi.
C.
FASISME
Pasca perang Dunia I di
Italia, sejarah kekuatan Bento Mussolini mula-mula mengenalkan fasisme dengan
gerakan revolusionernya, gerakan bersenjata sebagai jalan untuk menuju tampuk
kekuasaan, disusul kemudian oleh “saudaranya”, Adolf Hitler muda yang menjadi
roh fasisme jerman. Di tangan keduanya lah fasisme muncul sebagai paham
sekaligus gerakan. Fasisme, sebagai ideologi yang dianut sebuah negara, memuat
cirri-ciri sebagai gerakan ideologi yang Totaliter, Nasionalis-Rasialis, dan
mengidolasi pemimpinnya.
Setiap negara yang
fasis adalah negara totaliter, yang berkuasa habis-habisan atas semua gerak
hidup masayarakat di dalamnya. Sistem totaliter telah mengatur sedemikian rupa
bagaimana rakyat harus sekolah, bekerja, melakukan aktifitas ekonomi,
mengeluarkan pendapatbahkan dalam berkeluarga dan punya anak. Semuanya masu
dalam bingkai yang telah ditentukan negara. Sebagaimana orasi yang pernah
disampaikan Hitler pada rally-rally kaum Nazi, “kamu bukanlah apa-apa, negaramu
adalah segalanya”.
Suasana pasca Perang
dunia I, dimana Jerman dan Italia mengalami kebangkrutan harga diri dan
ekonomi. Jerman setelah menerima kekalahan dalam perang, terutama dalam perjanjian
Versailles, telah memaksanya membayar perbaikan-perbaikan untuk kerugian
pemenag, sementara itu dalam waktu yang sama, sebagai akibat perang Italia
harus menanggung hutang sekitar 95 Juta Lira diwilayah ini kemudian Munculnya
Hitler dan Mussolini bagaikan air sejuk di siang yang panas, yang melakukan
uasaha-usaha untuk meyakinkan rakyat bahwa kejayaan negara kota Troya di Italia
ataupun ras Aria di Jerman mampu memompa kelesuan rakyat. Dalam konteks ini
Nasionalisme sarat dengan Rasialisme. Implikasi paling nyata dan mengerikan
terbunuhnya 6 juta orang Yahudi dari kamp penampungan dalam kampenya anti
semitis yang dikobarkan Hitler.
Baik Hitler maupun
Mussolini adalah diktator “di negaranya” masing-masing. Bukan saja karena
mereka punya kharisma dan kualitas kepemimpinan yang luar biasa dimata
rakyatnya, tapi juga karena kaum fasis percaya bahwa kediktatoran harus
ditempuh jika ingin membentuk negara yang kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar